Content feed Comments Feed

Sekolah Bikin Anak Bodoh!

Diposting oleh tips blogger keren Kamis, 15 Juli 2010

anak disayang dan pasti orangtua ingin yang terbaik untuknya. di gereja ada ibadat untuk anak-anak yaitu sekolah minggu. sayang sekali saudara, di banyak gereja sekolah minggu anak itu tidak mendapat perhatian. kalau guru sekolah minggu contohnya diangkat boleh siapa saja. di antaranya adalah orang yang kurang tahu soal mendidik anak atau belum pernah punya anak atau masa anak-anaknya sendiri tidak bahagia. masa anak adalah ketika menyerap pikiran yang akan terus diingat sampai dewasa. sekolah minggu seperti itu tidak mustahil akan membuat anak sekolah minggunya bodoh saudara.kalau acara di sekolah minggu hanya menyanyi,mendengarkan cerita alkitab yang seperti dongeng ceritera khayalan, kolekte dan juga mengejar hadiah untuk natal. utamanya anak jadi makin besar percaya tidak bisa membedakan antara cerita alkitab dan cerita khayal.ada guru-guru juga menakut-nakuti anak dengan neraka atau cerita yang ditambahi misalnya ada anak nakal pada adiknya lalu diusir bapaknya. itulah cerita ismael diusir nabi abraham menurut guru sekolah minggu. anak-anak itu butuh bermain bukan Cuma duduk mendengarkan dan ditakuti. guru sekolah minggu sering cerita tentang daud anak kecil membunuh goliat raksasa, nabi dimakan ikan, cerita samson yang kuat dirayu delilah, nabi moses membelah laut atau yesus memberkati anak-anak. cerita itu memakai gambar lucu padahal isinya kalau tidak diberi dengan pas bisa membuat anak takut orang dewasa yang seperti kejam suka mengusir, tuhan suka menghukum atau perempuan suka menipu.

anak-anak bisa besar menjadi takut-takut karena sekolah minggu yang keliru saudara! anak-anak zaman sekarang banyak stres karena sekolah yang suka menghukum. padahal juga banyak tugas dan sekolah mengatur semua seperti seragam,mainan, pelajaran. sekolah minggu maksudnya seperti gereja untuk anak-anak. tapi dalam gereja saja ada banyak pertengkaran pengaruhnya lalu ke sekolah minggu. apa lalu yang diajarkan guru sekolah minggu seperti seperti itu kalau demikian?tidak lain seperti omongan buah jatuh tidak jauh dari pohon atau sama saja!!saudara sekolah minggu sudah mestinya diasuh oleh mereka yang bukan cuma punya rindu pelayanan tapi juga yang mau menjadi guru yang artinya mereka mestinya tahu dulu apa itu dunia pendidikan terutama pendidikan di indnesia ini.kalau saudara sekarang guru sekolah minggu atau mengurusi hal sekolah minggu kita mesti lebih serius dalam hal ini karena bagaimana pendidikan yang diatur sudah emakai program kurikulum dari resmi saja masih hasilnya amburadul apalagi yang hanya modalnya rindu melayani atau malah cuma cari kesempatan. saudara kita memang tahu banyak gereja juga tidak peduli dengan sekolah minggu. ini apalagi lebih parah lagi karena mereka nanti kalau anak-anak itu sudah remaja muda dan dewasa dan akhirnya keliru tahu soal ajaran gereja sendiri atau malah pindah jadi agama islam atau budaha atau atheisme maka merka baru mengeluh. padahal itu salah mereka sendiri bagaimana juga saudara. mengajari anak di sekolah minggu sesuai usianya itu harus. banyak anak yang sekarang mereka malah diajari menyanyi lagu-lagu orang dewasa yang artinua juga pastinya mereka tidak mengerti. ini bukan hanya di lagu duniawi tapi juga di lagu gereja, itu contoh kecil saja saudara. banyak penulis di sini juga sepertinya begitu, mereka lebih suka debat-debat soal ajaran gereja atau sebagainya dan hanya sedikit sekali yang bicara soal anak-anak. coba dilihat siapa tahu orang-orang yang ngawur itu juga akibat waktu sekolah minggu saja sudah salah diajarinya. lucu sekali kan saudara kalau sampai sekarang sudah tua dan dewasa juga masih tidak sadar. apa mau diteruskan sampai tuhan yesus datang???seperti judul di atas sekolah minggu bikin anak bodoh karena yang besarnya juga bodoh. jadi siapa mau tanggung jawab!

“GURU YANG PINTAR” VS “GURU YANG BODOH”

Diposting oleh tips blogger keren

Oleh Mudzakkir Hafidh

Ha..ha.. ada-ada saja Om Bob Sadino menyindir guru, dengan dibolak-balik, guru yang pintar menjadi “guru yang bodoh”, sebaliknya guru yang pintar menjadi “guru yang bodoh”… tapi kalau dipikir-pikir betul juga kalau orang itu merasa bodoh, maka ia sebenarnya mempunyai keinginan kuat untuk meningkatkan kemampuannya dengan segala caranya, sebaliknya kalau orang itu merasa pintar, maka ia menjadi sombong, diperingatkan/dinasehati katanya menggurui dan lainnya.

ADA DAK YA GURU YANG MERASA PINTER, KALAU ADA INI CIRINYA..HE..HE…Saya termasuk mana ya? e..ee..kalau saya inginnya menjadi orang yang merasa haus ilmu saja, sebagaimana blog saya ini….he..he…

Terlalu Banyak Ide – “guru yang pintar” biasanya banyak ide, bahkan mungkin telalu banyak ide, sehingga tidak satupun yang menjadi kenyataan di kelasnya. Sedangkan “guru yang bodoh” mungkin hanya punya satu ide dan satu itulah yang menjadi pilihan dalam usahanya membelajarkan siswa dengan cara yang menyenangkan sambil tetap mencari metode yang lain untuk diterapkan.

Miskin Keberanian untuk berubah memulai metode yang baru – “guru yang bodoh” biasanya lebih berani dibanding ”guru yang pintar”, kenapa ? Karena “guru yang bodoh” sering tidak berpikir panjang atau banyak pertimbangan. Dia nothing to lose. Sebaliknya, “guru yang pintar” terlalu banyak pertimbangan.

Terlalu Pandai Menganalisis – Sebagian besar “guru yang pintar” sangat pintar menganalisis. Setiap satu ide pembelajaran, dianalisis dengan sangat lengkap, mulai dari teori, caranya sampai pengaruhnya dikelas . “guru yang bodoh” tidak pandai menganalisis, sehingga lebih cepat memulai dan menerapkan sebuah hal yang baru di kelas.

Ingin Cepat Sukses – “guru yang pintar” merasa mampu melakukan berbagai hal dengan kepintarannya termasuk mendapatkan hasil pembelajaran yang sukses. Sebaliknya, “guru yang bodoh” merasa dia harus melalui jalan panjang dan berliku sebelum mendapatkan hasil.

Tidak Berani Mimpi Besar – “guru yang pintar” berlogika sehingga bermimpi sesuatu yang secara logika bisa di capai. “guru yang bodoh” tidak perduli dengan logika, yang penting dia bermimpi sesuatu, sangat besar, bahkan sesuatu yang tidak mungkin dicapai menurut lain.

Berpikir Negatif Sebelum Memulai – “guru yang pintar” yang hebat dalam analisis, sangat mungkin berpikir negatif tentang sebuah gaya atau hal baru dalam hal pembelajaran, karena informasi yang berhasil dikumpulkannya sangat banyak. Sedangkan “guru yang bodoh” tidak sempat berpikir negatif karena harus segera memberikan yang terbaik bagi siswanya.

Maunya Dikerjakan Sendiri – “guru yang pintar” berpikir “aku pasti bisa mengerjakan semuanya”, sedangkan “guru yang bodoh” menganggap dirinya punya banyak keterbatasan, sehingga harus bekerja sama dan di bantu elemen lain di sekolah. Misalnya orang tua sesame guru dan kepala sekolah.

Tidak Fokus – “guru yang pintar” sering menganggap remeh kata Fokus. Buat dia, melakukan banyak hal lebih mengasyikkan. Sementara “guru yang bodoh” tidak punya kegiatan lain kecuali fokus pada pembelajaran di kelas dan pengembangan profesinya.

Tidak Peduli Konsumen – “guru yang pintar” sering terlalu pede dengan kehebatannya. Dia merasa semuanya sudah oke berkat kepintarannya sehingga mengabaikan suara konsumen (orang tua siswa, siswa dan kepala sekolah). “guru yang bodoh” ?. Dia tahu konsumen seringkali lebih pintar darinya.

Abaikan Kualitas – “guru yang bodoh” kadang-kadang saja mengabaikan kualitas karena memang tidak tahu, maka tinggal diberi tahu (oleh orang tua siswa atau kepala sekolah) bahwa mengabaikan kualitas keliru. Sedangkan “guru yang pintar” sering mengabaikan kualitas, karena sok tahu.

Tidak Tuntas – “guru yang pintar” dengan mudah beralih dari kegiatan mengajar, karena menjadi guru hanya batu loncatan saja atau daripada tidak ada kerjaan yang lain. Hal ini dikarenakan punya banyak kemampuan dan peluang. “guru yang bodoh” mau tidak mau harus menuntaskan dan berkonsentrasi pada pembelajaran dan pilihan profesinya saja sebagai guru.

Tidak Tahu Prioritas – “guru yang pintar” sering sok tahu dengan mengerjakan dan memutuskan banyak hal dalam waktu sekaligus, sehingga prioritas terabaikan. “guru yang bodoh” ? Yang paling mengancam kualitas pembelajaran dikelasnya lah yang akan dijadikan prioritas

Kurang Kerja Keras dan Kerja Cerdas – Banyak “guru yang bodoh” yang hanya mengandalkan semangat dan kerja keras plus sedikit kerja cerdas, menjadikannya sukses dalam berkarier sebagai pendidik. Dilain sisi kebanyakan “guru yang pintar” malas untuk berkerja keras dan sok cerdas,

Tidak punya kecerdasan finansial – Se “guru yang pintar” sekalipun tetap berperilaku bodoh dengan dengan mencampuradukan keuangan pribadi dan keuangan untuk pengembangan profesi. Salah satu tandanya adalah uang tunjangan sertifikasi digunakan untuk membeli barang secara konsumtif, dan bukan dipakai untuk hal yang berhubungan dengan pengembangan profesi, seperti mengikuti workshop/seminar pendidikan , berlangganan internet atau membeli buku.

Mudah Menyerah – “guru yang pintar” merasa gengsi ketika gagal di satu bidang sehingga langsung beralih ke bidang lain, ketika menghadapi hambatan. “guru yang bodoh” seringkali tidak punya pilihan kecuali mengalahkan hambatan tersebut di kelasnya.

Disadur dari tulisan Bob Sadino

Guru Bodo 1

Diposting oleh tips blogger keren

Kelas yang tadi ribut tanpa guru tiba-tiba kini menjadi sunyi. Guru Bahasa Indonesia yang paling ditakuti dan disegani oleh semua murid, telah masuk ke dalam kelas. Wajahnya garang seperti harimau kelaparan.

Murid-murid : Selamat pagi, Bu Guru!

Bu Guru: (dengan suara melengking) Mengapa bilang selamat pagi saja? Kalau begitu siang, sore dan malam kalian mendoakan saya tidak selamat ya?

Murid-murid : Selamat pagi, siang dan sore Bu Guru…!!

Bu guru : Kenapa panjang sekali? Tidak pernah orang mengucapkan selamat seperti itu! Katakan saja selamat sejahtera, bukankah lebih bagus didengar dan penuh makna? Lagipula ucapan ini meliputi semua masa dan keadaan.

Murid-murid : Selamat sejahtera Bu Guru!

Bu guru : Sama-sama, duduk! Dengar sini baik-baik. Hari ini Bu Guru mau menguji kalian semua tentang perlawanan kata atau antonim kata. Kalau Bu Guru sebutkan perkataannya, kamu semua harus cepat menjawabnya dengan lawan katanya, mengerti?

Murid-murid : Mengerti Bu Guru…

Guru : Pandai!
Murid-murid : Bodoh!

Guru : Tinggi!
Murid-murid : Rendah!

Guru : Jauh!
Murid-murid : Dekat!

Guru : Berjaya!
Murid-murid : Menang!

Guru : Salah itu!
Murid-murid : Betul ini!

Guru (geram) : Bodoh!
Murid-murid : Pandai!

Guru : Bukan!
Murid-murid : Ya!

Guru (mulai pusing) : Oh Tuhan!
Murid-murid : Ya Hamba!

Guru : Dengar ini…
Murid-murid : Bicara itu…

Guru : Diam!!!
Murid-murid : Ribut!!!

Guru : Itu bukan pertanyaan, bodoh!!!
Murid-murid : Ini adalah jawaban, pandai!!!

Guru : Mati aku!
Murid-murid : Hidup kami!

Guru : Saya rotan baru tau rasa!!
Murid-murid : Kita akar lama tak tau rasa!!

Guru : Malas aku ngajar kalian!
Murid-murid : Rajin kami belajar bu guru…

Guru: Kalian gila semua!!!
Murid-murid : Kami waras sebagian!!!

Guru : Cukup! Cukup!
Murid-murid : Kurang! Kurang!

Guru : Sudah! Sudah!
Murid-murid : Belum! Belum!

Guru : Mengapa kamu semua bodoh sekali?
Murid-murid : Sebab saya seorang pandai!

Guru : Oh! Melawan, ya??!!
Murid-murid : Oh! Mengalah, tidak??!!

Guru : Kurang ajar!
Murid-murid : Cukup ajar!

Guru : Habis aku!
Murid-murid : Kekal kami!

Guru (putus asa) : O.K. Pelajaran sudah habis!
Murid-murid : K.O. Pelajaran belum mulai!

Guru : Sudah, bodoh!
Murid-murid : Belum, pandai!

Guru : Berdiri!
Murid-murid : Duduk!

Guru : Bego kalian ini!
Murid-murid : Cerdik kami itu!

Guru : Rusak!
Murid-murid : Baik!

Guru (stres) : Kamu semua ditahan siang hari ini!!!
Murid-murid : Dilepaskan tengah malam itu!!!

Bu Guru mukanya merah padam dan tanpa bicara lagi mengambil buku-bukunya dan keluar ruangan. Sebentar kemudian, loceng pun berdering. Murid-murid merasa lega kerana guru yang paling ditakuti oleh mereka telah keluar.

Walau bagaimanapun, mereka merasa bangga karena telah dapat menjawab semua pertanyaan tadi. Tetapi masih ada hari esok. Guru itu pasti akan datang lagi.

Murid Sableng !

Diposting oleh tips blogger keren

Kelas yang tadi ribut tanpa guru tiba-tiba kini menjadi sunyi. Guru Bahasa Indonesia yang paling ditakuti dan disegani oleh semua murid, telah masuk ke dalam kelas. Wajahnya garang seperti harimau kelaparan.

Murid-murid : Selamat pagi, Bu Guru!

Bu Guru: (dengan suara melengking) Mengapa bilang selamat pagi saja? Kalau begitu siang, sore dan malam kalian mendoakan saya tidak selamat ya?

Murid-murid : Selamat pagi, siang dan sore Bu Guru…!!

Bu guru : Kenapa panjang sekali? Tidak pernah orang mengucapkan selamat seperti itu! Katakan saja selamat sejahtera, bukankah lebih bagus didengar dan penuh makna? Lagipula ucapan ini meliputi semua masa dan keadaan.

Murid-murid : Selamat sejahtera Bu Guru!

Bu guru : Sama-sama, duduk! Dengar sini baik-baik. Hari ini Bu Guru mau menguji kalian semua tentang perlawanan kata atau antonim kata. Kalau Bu Guru sebutkan perkataannya, kamu semua harus cepat menjawabnya dengan lawan katanya, mengerti?

Murid-murid : Mengerti Bu Guru…

Guru : Pandai!
Murid-murid : Bodoh!

Guru : Tinggi!
Murid-murid : Rendah!

Guru : Jauh!
Murid-murid : Dekat!

Guru : Berjaya!
Murid-murid : Menang!

Guru : Salah itu!
Murid-murid : Betul ini!

Guru (geram) : Bodoh!
Murid-murid : Pandai!

Guru : Bukan!
Murid-murid : Ya!

Guru (mulai pusing) : Oh Tuhan!
Murid-murid : Ya Hamba!

Guru : Dengar ini…
Murid-murid : Bicara itu…

Guru : Diam!!!
Murid-murid : Ribut!!!

Guru : Itu bukan pertanyaan, bodoh!!!
Murid-murid : Ini adalah jawaban, pandai!!!

Guru : Mati aku!
Murid-murid : Hidup kami!

Guru : Saya rotan baru tau rasa!!
Murid-murid : Kita akar lama tak tau rasa!!

Guru : Malas aku ngajar kalian!
Murid-murid : Rajin kami belajar bu guru…

Guru: Kalian gila semua!!!
Murid-murid : Kami waras sebagian!!!

Guru : Cukup! Cukup!
Murid-murid : Kurang! Kurang!

Guru : Sudah! Sudah!
Murid-murid : Belum! Belum!

Guru : Mengapa kamu semua bodoh sekali?
Murid-murid : Sebab saya seorang pandai!

Guru : Oh! Melawan, ya??!!
Murid-murid : Oh! Mengalah, tidak??!!

Guru : Kurang ajar!
Murid-murid : Cukup ajar!

Guru : Habis aku!
Murid-murid : Kekal kami!

Guru (putus asa) : O.K. Pelajaran sudah habis!
Murid-murid : K.O. Pelajaran belum mulai!

Guru : Sudah, bodoh!
Murid-murid : Belum, pandai!

Guru : Berdiri!
Murid-murid : Duduk!

Guru : Bego kalian ini!
Murid-murid : Cerdik kami itu!

Guru : Rusak!
Murid-murid : Baik!

Guru (stres) : Kamu semua ditahan siang hari ini!!!
Murid-murid : Dilepaskan tengah malam itu!!!

Bu Guru mukanya merah padam dan tanpa bicara lagi mengambil buku-bukunya dan keluar ruangan. Sebentar kemudian, loceng pun berdering. Murid-murid merasa lega kerana guru yang paling ditakuti oleh mereka telah keluar.

Walau bagaimanapun, mereka merasa bangga karena telah dapat menjawab semua pertanyaan tadi. Tetapi masih ada hari esok. Guru itu pasti akan datang lagi.

Awasi guru disekolah

Diposting oleh tips blogger keren

Beberapa hari ini atau minggu ini adalah hari masa orientasi sekolah (MOS), ada yang sudah selesai dan masih ada yang belum selesai, kebahagiaann siswa terasa sangat luar biasa ketika penutupan isertai oleh penampilan segala jenis kreativitas siswa lama dan siswa baru. ajang kreativitas biasanya adalah penampilan karya seni (pensi) dan ada yanng menampilkann kegiatan ekstrakurikuler.


Disamping itu semua, tahukah kita kegiatann yang lebih urgen daripada sebuah kegiatan masa orientasi sekolah yanng berjalan hannya beberapa hari dan paling lama 1 (satu) minggu saja, hal yang terpentinng adalah proses panjang yakni adalah proses pembelajaran ddikelas!. apakah kesiapan para pengajar sudah jelas pada bidangnya! memang kita dapat melihat jika kesiapan bukan hanya kesiapan secara mental seorang guru saja namun kesiapan materi sekaligus emosi adalah hal terpenting dalam proses KBM, hal ini adalah merupakan suatu keharusan bagi seorang guru untuk mengevaluasi proses mengajarnya, apakah sudah berhasil kegiatan belajar tersebut.

Bagaimanapun siswa adalah amanah dari masyarakat yanng harus ddibekali ilmu yang mapan, ilmu yang siap pakai khususnya SMK atau sekolah kejuruan, pada hakikatnya proses KBM telah diatur apik dengan adanya kurikulum sekolah yang diatur oleh pemerintah (KTSP). hal ini akan menimbulkan pertanyaan sederhana, apakah para guru menggunakan sillabus sebagai acuan proses belajar?, tapi para guru kebanyakan hannya menggunakan LKS dan buku paket sebagai acuan proses belajar, padahal banyak LKS dan buku paket yang tidak singkron dengan silabus atau cakupan materi yang harus disampaiikan pada siswa dalam persemesternya.

Pada tulisan ini penulis hanya berrpesan kepada pembaca, sudah menjadi kewajiban seorang guru untuk membagikan silabus kepada siswa atau bahkan kepada wali murid agar materi yang seharusnya disampakan dapat disampaiikan kepada anak didik atau bahkan silabus juga harus diketahui oleh orang tua murid atau wali agar kinerja guru dapat di awasi sehingga tujuan penddidikann dapat5 berjalan semestinya.

Pendidikan yang Aneh

Diposting oleh tips blogger keren Rabu, 14 Juli 2010

Tiap kali ada pembicaraan tentang keganjilan sistem pendidikan nasional kita, aku pasti tertarik ikut urun rembug. Dan yang terbaru adalah tulisan Okta tentang ujian kompetensi di sekolah kejuruan yang justru lebih mengutamakan ujian teori daripada ujian praktik.
Sistemnya adalah, bila ujian teori gagal, siswa dinyatakan gagal sekalipun berhasil meraih nilai supersempurna di ujian praktik. Tapi nilai ujian teori bisa menolong nilai ujian praktik yang minim. Aku jelas kaget. Lhoh, ini maksudnya apa? Sejak kapan teori jadi lebih penting daripada praktik?
David Beckham bisa ngetop dan kaya raya karena langsung praktik main bola dan bikin gol lewat tendangan mlengkung, bukannya gara-gara lulus ujian teori dengan hapal luar kepala definisi sepak bola, sejarah penciptaan tiang gawang, atau klasifikasi penendang penalti.
Danny Boyle juga jadi sineas yang berhasil karena langsung praktik bikin Slumdog Millionaire, dan bukannya malah sibuk bikin disertasi tentang sejarah perfilman lengkap dengan glossary arti kata “Slumdog” dan arti kata “Millionaire” menurut Oxford English Dictionary edisi terbaru!
Dan aku makin nggak mudeng karena aturan itu justru diterapkan di sekolah kejuruan tempat seorang alumnus harusnya dinilai sepenuhnya dari kompetensi skill dan karya nyata dia (yang berarti hasil praktiknya) dan bukan dari kelincahan otaknya menghapalkan sederetan definisi, klasifikasi, etimologi, plus kronologi secara sistematis.
Kalau aku disuruh ikut ujian bareng Okta dan teman-temannya, yakin buanget aku pasti nggak lulus. Aku sudah bisa nyari duit sendiri sejak 1992 dari hasil nulis, tapi kosong melompong kalau misal ditanya “apa itu novel?”, “apa batasan cerpen?”, atau “sebutkan klasifikasi majalah remaja menurut Bausch & Lombs”.
Dan inilah hasilnya di sebuah negeri yang mementingkan teori daripada praktik. Orang pada pinter kampanye mengobral janji jadi presiden atau gubernur atau walikota/bupati, tapi hingga tahun 2009 ini Semarang tetap banjir dan ada desa terpencil di Kalimantan yang malahan dapet pasokan listrik dari Malaysia. Lha, terus PLN kerjanya apa? Main Spider Solitaire!?
Masalahnya, udah sejak SMP dulu aku eneg pada sistem pendidikan kita dan kurikulum sekolahnya. Sudah jelas aku pengin jadi pengarang, kenapa malah disuruh ngapalin tetapan Avogadro? Sudah jelas temanku pengin jadi dokter, kenapa malah dipaksa menghapalkan pada tanggal berapa Revolusi Prancis berlangsung?
Hubungane ki opooooooo….!?
Dari apa yang kupelajari dalam hidupku dan dari orang-orang hebat yang jadi inspirasiku, yang terpenting untuk menaklukkan hidup adalah, seperti kata almarhum Bapak dulu, skill. Itu yang membedakan kita dari orang lain dan memberi kita nilai di tengah masyarakat. Itulah senjata andalan masing-masing dari kita.
Lucunya, masa sekolah terutama SMP dan SMA nggak berorientasi ke penemuan dan pendalaman skill, tapi malah membebani peserta didik dengan materi-materi yang nggak berhubungan dengan keterampilan.
Matematika emang penting untuk membiasakan otak berpikir sistematis dan rinci dalam menghadapi masalah, tapi kecuali untuk yang emang pengin bercita-cita jadi matematikawan profesional, buat apa yang lain-lainnya harus mengaduk-aduk matematika sampai ke urusan yang terlalu dalem seperti diferensial integral atau kalkulus?
Dulu pas sekolah, mapel matematika dan fisika bisa muncul sampai enam jam pelajaran berdurasi masing-masing 45 menit tanpa iklan. Sedang mapel keterampilan hanya diajarkan malu-malu selama satu jam pelajaran (itupun ngajarin teori doang!) tiap hari Sabtu.
Dan hasilnya, sekali lagi, adalah yang kerap kita lihat selama ini. Para pemuda harapan bangsa yang berusia 25-an dan bergelar sarjana berkerumun melempar kertas ijazah sekenanya dan senyautnya ada lapangan kerja yang bisa diraih tanpa perlu ada hubungannya dengan disiplin ilmu yang dipelajari di kuliahan, karena mereka nggak pernah diberi kesempatan untuk “menemukan” hidup mereka sendiri dan mempelajari satu (satu saja) skill spesifik yang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan masing-masing sejak dari usia dini.
Kalau aku jadi Mendiknas atau apes-apese anggota DPR RI, fokus perjuangan politikku adalah mengubah pendidikan nasional dari ganjil bin uaneh seperti sekarang ini menjadi pendidikan yang berorientasi ke skill dan budi pekerti.
Pas SD, semua pelajaran penting masih diberikan. Begitu anak mau masuk SMP, mereka menjalani psikotes dan tes IQ plus EQ untuk mengetahui “arah jalan hidup” yang seharusnya mereka tempuh. Lalu mereka menerima pelajaran yang sudah dibagi-bagi ke dalam “fakultas” sesuai pemindaian minat-bakat-kemampuan dari hasil tes-tes itu. Jadi bukan tes iso mlebu po ra nang satu SMP tertentu, tapi tes mengenai diri mereka sendiri!
Pelajaran wajib yang diberikan hanya empat: matematika, Bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan teknologi informasi (komputer, gadget, internet, game!). Di luar itu, mereka hanya perlu mempelajari mapel yang sesuai dengan “fakultas” mereka, mirip kurikulum di SMA QT. Yang bakat ngarang ya langsung belajar ngarang praktik. Yang bakat fotografi ya langsung disuruh jeprat-jepret. Yang pengin jadi dokter ya langsung belajar biologi mendalam.
Selain cocok dengan minat-bakat, sekolah pasti akan terasa menyenangkan. Fun. Siapa sih yang nggak senang terjun dan berkubang langsung ke dunia yang emang diminati?
Nah, masuk SMA, mapel-mapel makin terfokus ke satu pokok bahasan skill tertentu. Harapannya, ketika masuk perguruan tinggi, semua anak didik sudah langsung bisa nyambi kerja part-time di kerjaan-kerjaan yang sesuai dengan skill masing-masing.
Hasilnya, sesudah lulus S1, dari hasil pengalaman kerja dan penggalian koneksi-koneksi plus relasi-relasi bisnis selama kerja part-time itu, mereka bisa langsung mendapatkan penempatan kerja permanen tanpa harus keroyokan ikut expo lowongan kerja atau mondar-mandir bawa map berisi ijazah ke aneka macem kantor sakketemune sakdalan-dalan!
Lalu di mana letak pendidikan agama dalam visi kurikulumku? Agama nggak masuk pelajaran, tapi diberikan dalam ekskul wajib. Fokus pendidikannya lebih ke arah gemblengan budi pekerti dan nggak melulu hapalan syariah plus rukun-rukun dan urusan halal-haram.
Harapannya, murid yang berbudi pekerti baik pasti akan bisa dengan gampang menjalankan kewajiban agama secara praktik langsung dan bukan cuman, itu tadi, ngapalin syariah. Nggak kayak saat ini. Orang-orang pada hapal ayat-ayat tapi ketika masuk ke eksekutif atau legislatif malah pada sibuk korupsi. Itu kan sama aja dengan istilah STMJ: solat terus, maksiat jalan!
Insya Allah fokus program ini tadi akan jadi perjuangan politikku saat nanti nyaleg di Pemilu 2014 nanti. Bidangku di pendidikan dan kesenian, dengan slogan “BUILDING ARTS & EDUCATION TO A COLORFUL FUTURE